Back

Rupiah Konsolidasikan Penguatan Pekan Lalu di Atas 15.500, BI Proyeksikan IDR di Kisaran 15.300-15.700 di 2025

  • Rupiah Indonesia terlihat masih mengonsolidasikan penguatannya pekan lalu, yang kini tertahan di atas 15.500.
  • Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo memproyeksikan Rupiah akan berada di kisaran 15.300-15.700 pada tahun 2025.
  • Data Indeks Harga Belanja Konsumsi Pribadi (PCE) Inti (YoY) di AS yang dirilis pada hari Jumat, diprakirakan akan meningkat ke 2,7%.

Pasangan mata uang USD/IDR sedang diperdagangkan di 15.533 pada sesi Asia pagi ini, masih bertahan di atas 15.500. Kurs Rupiah Indonesia (IDR) telah dibuka di 15.477 hari ini, melemah sebesar 0,42%. 

Dalam rapat kerja dengan Badan Anggaran DPR RI, Menteri Keuangan, dan Menteri Bappenas di Kompleks Parlemen, Jakarta Pusat, Selasa, 27 Agustus 2024, Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo menyebutkan bahwa kurs Rupiah pada tahun 2025 diprakirakan akan berada di rentang 15.300 hingga 15.700. Ia juga menyatakan ada empat faktor utama yang mendasari proyeksi tersebut.

Faktor utama adalah pemangkasan suku bunga The Fed yang diharapkan dapat mencapai 4,25% pada akhir 2025. Hal ini berpotensi meningkatkan arus masuk modal ke pasar negara berkembang, termasuk Indonesia. Faktor kedua adalah fundamental ekonomi Indonesia tetap kuat, sehingga memberikan persepsi positif bagi investor, baik untuk investasi portofolio maupun investasi langsung di Indonesia. Faktor ketiga adalah imbal hasil Surat Perbendaharaan Negara (SPN) yang akan tetap menarik bagi para investor sehingga akan membantu mendukung stabilitas dan penguatan Rupiah. Yang terakhir, komitmen BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah.

Di sisi lain, Dolar AS (USD) tetap kurang menarik bagi para investor karena ekspektasi penurunan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed) di bulan depan, sehingga akan membuat kurs Rupiah Indonesia (IDR) berpotensi menguat lebih jauh.

The Fed AS diantisipasi akan menurunkan suku bunga pada bulan September, dengan pemangkasan sebesar 25 basis poin yang diharapkan setelah Ketua The Fed Jerome Powell mengatakan pada hari Jumat bahwa sudah waktunya untuk menurunkan suku bunga dalam pidatonya di Jackson Hole. Peluang pemangkasan sebesar 25 bp terlihat berada pada tingkat 67,5%, sementara ukuran pemangkasan 50 bp mencatatkan peluang 32,5%, seperti yang ditunjukkan oleh Alat CME FedWatch.

Sementara itu, pada bulan Agustus, kepercayaan konsumen di Amerika Serikat menunjukkan perbaikan. Indeks Kepercayaan Konsumen Conference Board (CB) naik ke 103,3, dari angka revisi 101,9 di bulan Juli. Namun, data ini tampaknya tidak terlalu berpengaruh pada valuasi USD, dengan Indeks Dolar AS (DXY) sejauh ini tengah bergerak di sekitar 100,61 di sesi Asia.

Para investor tetap berhati-hati sambil menunggu keputusan lebih lanjut dari The Fed, yang akan menjadi penentu arah pergerakan Dolar AS di masa mendatang.

Selanjutnya, fokus pekan ini akan tertuju pada data Produk Domestik Bruto (PDB) Amerika Serikat untuk kuartal kedua yang akan dirilis pada hari Kamis. Diikuti data inflasi Indeks Harga Belanja Konsumsi Pribadi (Personal Consumption Expenditure/PCE) AS untuk bulan Juli yang dirilis pada hari Jumat. Data Inflasi PCE yang lebih rendah dari estimasi akan memastikan pemangkasan suku bunga The Fed di bulan September, sebaliknya data yang lebih kuat akan menimbulkan kegelisahan di pasar keuangan.
 

Himono, BoJ: Pasar Keuangan dan Pasar Modal Masih Belum Stabil

Deputi Gubernur Bank of Japan (BoJ) Ryozo Himino mengatakan pada hari Rabu bahwa pasar keuangan dan pasar modal masih belum stabil dan bank sentral Jepang perlu memonitor perkembangan ini dengan kewaspadaan tinggi.
আরও পড়ুন Previous

Bendahara Negara Australia, Chalmers: Data Inflasi Menjanjikan tetapi Kami Tidak Berpuas Diri

Mengomentari data inflasi bulan Juli, Bendahara Australia Jim Chalmers mengatakan pada hari Rabu bahwa harga-harga konsumen yang naik pada laju paling lambat dalam empat bulan terakhir merupakan hasil yang menjanjikan.
আরও পড়ুন Next